Ilustrasi
Sejak dirilis 2011 lalu,
popularitas Snapchat terus menanjak di Amerika Serikat dan negara-negara
maju lainnya. Berbanding terbalik, layanan berbagi video dan foto
tersebut belum berkembang masif di Indonesia.
Tapi, belakangan Snapchat mulai menunjukkan pertumbuhan pengguna
secara perlahan di Tanah Air. Walau belum ada data resmi yang mengklaim,
indikasinya bisa terlihat dari ramainya perbincangan ihwal Snapchat di
Twitter dan Ask.fm.
Menurut pengamat teknologi Aulia Masna, pasar Indonesia mulai melirik
layanan berbasis video seperti Snapchat karena perkembangan teknologi
yang mulai mendukung.
"Di Indonesia mungkin (Snapchat) semakin ramai karena smartphone
semakin bertenaga dan terjangkau, adanya jaringan LTE, kuota data mobile
yang besar, ditambah koneksi internet rumah yang semakin cepat,"
katanya pada Segudang Ilmu.com, Senin (22/6/2015).
Aulia menambahkan, sebelumnya Snapchat kurang dimanfaatkan untuk
bersosial di ranah maya karena layanan tersebut menuntut penggunaan data
yang besar. Tentu, harus pula didukung kecepatan jaringan yang memadai.
Pasalnya, Snapchat memiliki fitur yang dinamai "Snapchat Story".
Gunanya untuk merekam aktivitas pengguna dalam satu hari. Penggalan
video dan foto pada fitur tersebut bisa bertahan selama 24 jam dan bisa
diulang berkali-kali.
Tiap video memiliki durasi maksimal 10 detik dengan ukuran 2,5 MB.
"Karena bersambung, konsumsi video itu bisa menghabiskan data yang cukup
besar. Apalagi kalau follow banyak orang yang sering rekam video. Sehari bisa habis ratusan megabyte," ia menuturkan.
Untuk menikmati pertukaran video lewat Snapchat, Aulia menganggap
jaringan 3G kurang mumpuni. "Bukan tidak bisa tapi lebih lama dan berat
untuk mengunduh apalagi mengunggah," kata pria yang juga merupakan
editor AdDiction.id ini.
Ke depan, seiring dengan gencarnya penerapan 4G, Aulia meramalkan
layanan berformat video akan jadi tren baru yang signifikan. "Semakin
cepat jaringan seluler yang kita pakai, format video dengan sendirinya
semakin populer," katanya.
Seperti diketahui, saat ini masyarakat sudah bisa menikmati jaringan
telekomunikasi generasi keempat (4G LTE) pada frekuensi 900 MHz.
Sementara itu, di frekuensi 1800 MHz, operator sedang melakukan penataan
bertahap di daerah-daerah.
Mulai 6 Juli 2015, jaringan 4G tahap dua sudah bisa dinikmati secara
komersil di beberapa kota. Targetnya, akhir tahun ini masyarakat dapat
merasakan kecepatan jaringan tersebut secara merata di seluruh daerah.





Post a Comment